Dalam sambutannya, Agustina menegaskan bahwa pengukuhan ini bukan sekadar seremoni, tetapi sebuah peresmian yang mengandung tanggung jawab besar.
“Hari ini kalian berdiri tegak sebagai bagian dari sejarah perjuangan bangsa,” ujarnya. Ia menekankan pentingnya nilai-nilai kerja sama, keteguhan hati, dan komitmen yang telah tertanam selama masa latihan, agar terus menjadi bekal berharga dalam kehidupan para anggota Paskibraka, baik saat bertugas maupun di masa depan.
Menurutnya, tugas Paskibraka pada 17 Agustus mendatang bukan hanya mengibarkan Sang Merah Putih.
“Saat bendera itu berkibar di langit, biarkan semangat para pahlawan mengalir ke dada kalian dan jadikan momen itu sebagai bukti kecintaan kalian kepada tanah air,” pesannya.
Agustina juga mengapresiasi peran orang tua, guru, pelatih, dan pembina yang telah mendukung para anggota Paskibraka hingga mencapai tahap ini.
Ia mengajak seluruh pihak untuk merenungkan arti kemerdekaan di usia ke-80 Indonesia. Tantangan yang dihadapi generasi kini, menurutnya, berbeda dengan masa lalu. Jika dahulu bangsa melawan penjajahan fisik, kini tantangan hadir dalam bentuk penjajahan ekonomi yang tidak kasat mata.
Ia mencontohkan ketergantungan bangsa pada benih padi dan bayam dari luar negeri yang dapat mengancam kedaulatan pangan.
“Anak-anak sekarang tantangannya jauh lebih besar. Penjajahan terjadi melalui sistem ekonomi yang tidak terlihat,” jelasnya.
Untuk menghadapinya, Agustina mendorong generasi muda mencintai dan membela produk lokal, termasuk mempelajari kembali cara membuat benih secara alami seperti yang dilakukan nenek moyang.
“Mari kita perlahan melepaskan diri dari ketergantungan benih. Itulah nasionalisme menurut saya,” tegasnya.
Di akhir sambutan, Agustina berpesan agar para anggota Paskibraka melaksanakan tugas dengan keyakinan, kebanggaan, dan rasa cinta kepada negeri. Ia berharap, para pemuda ini dapat menjadi penjaga Sang Saka Merah Putih sekaligus penggerak semangat nasionalisme di tengah masyarakat.***
0 Komentar