Secara astronomi, bulan hitam terjadi saat empat kali bulan baru muncul dalam satu musim, dan bulan baru ketiga disebut sebagai black moon. Fenomena ini hanya terjadi setiap ±33 bulan sekali, menjadikannya lebih langka dibanding bulan hitam bulanan yang datang tiap 29 bulan.
Untuk musim astronomi tahun ini, rentangnya dimulai dari titik balik matahari musim panas pada 20–21 Juni hingga ekuinoks pada 22 September. Dalam periode tersebut tercatat ada empat bulan baru, yakni pada 25 Juni, 24 Juli, 23 Agustus, dan 21 September 2025. Karena itu, bulan baru ketiga pada 23 Agustus dikategorikan sebagai bulan hitam musiman.
Walau bulan hitam tidak dapat diamati secara langsung karena bulan berada di antara Bumi dan Matahari, fenomena ini memberi keuntungan besar bagi pengamat langit. Tanpa cahaya bulan, langit malam akan jauh lebih gelap sehingga bintang, gugus, nebula, hingga galaksi Bima Sakti tampak lebih jelas.
Malam itu, Bima Sakti akan terlihat membentang megah dari Deneb hingga Altair, melewati formasi segitiga musim panas (Vega, Deneb, dan Altair). Objek-objek redup yang biasanya sulit terlihat juga akan lebih mudah diamati, terutama bagi pecinta astrofotografi.
Selain itu, pada 24–25 Agustus, sekitar 30–40 menit setelah matahari terbenam, pengamat langit bisa menyaksikan bulan sabit perak tipis di cakrawala barat, sebagai penampakan pertama bulan setelah fase hitamnya.
Sebagai catatan, black moon terakhir muncul pada 19 Mei 2023, dan setelah 2025 fenomena ini baru akan kembali terjadi pada 20 Agustus 2028.
Fenomena black moon 23 Agustus 2025 diprediksi menjadi salah satu momen astronomi paling ditunggu di bulan Agustus. Meski bulan tidak terlihat, langit gelap total akan menjadi hadiah istimewa untuk mengagumi keindahan alam semesta.***
0 Komentar